TABIR DIBALIK "PAM SWAKARSA" SAAT REFORMASI 98 - Ipingus -->

    Social Items

Saya akan mengulas dan menjawab apa itu "PAM SWAKARSA" (Pasukan Pengaman Masyarakat Swakarsa) DAN SEMUA INI BERSUMBER DARI PARA NARASUMBER,Saya hanya me "replay" nya kembali





  • Latar Belakang
 Susana politik menjelang SI (SIDANG ISTIMEWA) memang dipanaskan oleh retorika yang menajam antara kelompok pro-SI dan anti-SI. Berbagai elemen gerakan mahasiswa menyatakan tidak mempercayai Habibie menyelenggarakan pemilu yang jujur dan adil, sedangkan SI tak ada artinya jika semua anggota masih orang Orde Baru, serta menuntut peradilan terhadap Soeharto dan pencabutan dwifungsi ABRI. Sedangkan hampir semua ormas Islam memiliki pandangan yang umumnya sama, bahwa SI merupakan tahap penting menuju Pemilu 1999, yang diharapkan menjadi tonggak untuk mengayuh demokratisasi dan reformasi berikutnya.

Menjelang SI sejumlah pertemuan silaturahmi yang digagas para pemuka Islam, mulai acara yang sifatnya intern, berskala kecil, sampai aksi pamer kekuatan massa. Ada Apel Akbar Umat Islam 1998 oleh Forum Silaturahmi Ulama-Habib dan Tokoh Masyarakat se-Jabotabek, yang menghimpun puluhan ribu massa, di Stadion Utama Senayan. Lalu disusul Kongres Umat Islam Indonesia, yang dihadiri sekitar 1.500 peserta dari 30-an ormas Islam di seluruh Nusantara, sampai yang berskala kecil, Silaturahmi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Hasil pertemuan-pertemuan ini bisa dibaca dari pernyataan sikap dan spanduk-spanduk yang dibentangkan. Intinya sama: mendukung dan menyukseskan Sidang Istimewa MPR 1998 serta menentang pihak-pihak yang ingin menggagalkan Sidang Istimewa MPR.

Acara yang diselenggarakan oleh Forum Silaturahmi Ulama di Senayan menghasilkan pernyataan sikap hasil yang dibacakan K.H. Syaifuddin dan diakhiri tepukan tangan 100 ribu massa dan sejumlah tokoh yang hadir, seperti Ketua Pelaksana Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) Ahmad Sumargono dan Sekjen Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII) H. Husein Umar. Pengusaha nasional Fadel Muhammad malah bersuara lebih lantang, bila imbauan tak diindahkan, umat Islam siap menghadapi dengan segala risiko.

Kegiatan pasukan swakarsa muslim ini bisa ditengok sejak sepekan sebelum Sidang Istimewa. Awal November 1998, para aktivis pro-SI ini diangkut dengan 50-an truk yang mangkal untuk salat lohor di Masjid Istiqlal. Di kanan kiri badan truk diselempangkan spanduk putih bertuliskan huruf merah: "PAM Swakarsa SI MPR 98". Di tiap-tiap truk, berjubel anak berusia tanggung. Mereka mengenakan ikat kepala berwarna hijau bertuliskan huruf Arab. Tangan mereka menggenggam erat tongkat bambu runcing. Sekali dalam sehari berkeliling kota. Bukan untuk takbiran, tapi mengampanyekan perlunya SI. Pasukan muda ini agaknya tak termasuk sekitar 12 ribu massa yang telah mendaftar ke Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk melangsungkan sejumlah kegiatan mendukung SI. Ahmad Sumargono, Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam atau KISDI mengatakan pasukannya sudah siap dan berkekSwakarsa
kitar 5.000 orang.



  • Bentrokan Pam Swakarsa

Pengaman swakarsa yang beratribut ikat kepala bertuliskan huruf Arab tersebut bahkan telah dinilai oleh sejumlah kalangan masyarakat justru telah merusak citra Islam karena ternyata kebanyakan dari mereka merupakan preman bayaran. 9 November 1998, ratusan massa pam swakarsa berkumpul di Tugu Proklamasi. Sebagian anggota Pam Swakarsa mengaku berpartisipasi karena diundang untuk tahlilan wafatnya Ketua MUI K.H. Hasan Basri, meskipun tempatnya agak aneh: Tugu Proklamasi. 10 November 1998, sejak siang hari warga mengepung duaribuan pasukan Pam Swakarsa yang berkumpul ditengah-tengah lapangan Tugu Proklamasi. Masyarakat yang marah melempari dengan batu. Akhirnya pasukan pam swakarsa ini dievakuasi tentara sekitar pukul 19.30 WIB. Pam Swakarsa terlibat bentrokan di sekitar Hotel Hilton dengan massa rakyat Bendungan Hilir dan sekitarnya.

13 November 1998, siang hari sebelum terjadinya Tragedi Semanggi, 3 orang anggota pam swakarsa tewas dikeroyok massa. Peristiwanya bermula ketika sekitar 30 orang (rata-rata bertubuh gempal, berwajah keras, dan berikat kepala hijau) menghadang ratusan mahasiswa di jembatan Cawang, Jakarta Timur. Sekelompok Pam Swakarsa ini, bersiaga berbaris di depan barikade polisi dan tentara, menyerupai tameng. Melihat hal ini, massa setempat yang awalnya hanya menonton mahasiswa berdemonstrasi, serta merta melempari pam swakarsa dengan batu. Pasukan pam swakarsa sempat membalas dengan lemparan batu pula, seraya mengacung-acungkan badik, sebelum akhirnya lari. Lima dari mereka terjebak di sebuah tanah lapang berawa-rawa tak jauh dari jembatan itu, di tengah kepungan massa yang bersenjatakan kayu, batu, dan besi. Tinju, tendangan, pukulan kayu, dan besi serta hunjaman batu menghajar mereka. Dua orang dilarikan ke rumah sakit setelah babak belur. Tiga lainnya tewas.





  • Kisah dibalik Pam swakarsa

Tapi pada hari itu sebenarnya terjadi pula pembantaian lain yang tak kalah mengerikan atas empat orang yang dicap sebagai anggota Pam Swakarsa di sekitar Jembatan Cawang, Jakarta Timur. Sesuatu yang—barangkali atas nama kemanusiaan—tetap tak layak ditimpakan kepada mereka.

Empat anak manusia itu dibantai massa menyusul sebuah kontak fisik beberapa saat sebelumnya. Hasilnya, sungguh mengerikan bagi empat korban: mata tercungkil, muka remuk, isi kepala terburai akibat hantaman besi, kayu, atau batu besar. Massa bahkan masih berlaku brutal sekalipun jasad mereka tak bernyawa lagi. Mansur Ulu (32 tahun), Iwan Nurlete (34 tahun), Sulhan Lestahulu (24 tahun), dan Budi Muarasabesy (24 tahun).



"Referensi: forum kaskus,Majalah Ummat '98"

Sekian ulasan dan jawaban nya jgn lupa simak juga Cerita pahlawan wanita asal maluku

TABIR DIBALIK "PAM SWAKARSA" SAAT REFORMASI 98

Saya akan mengulas dan menjawab apa itu "PAM SWAKARSA" (Pasukan Pengaman Masyarakat Swakarsa) DAN SEMUA INI BERSUMBER DARI PARA NARASUMBER,Saya hanya me "replay" nya kembali





  • Latar Belakang
 Susana politik menjelang SI (SIDANG ISTIMEWA) memang dipanaskan oleh retorika yang menajam antara kelompok pro-SI dan anti-SI. Berbagai elemen gerakan mahasiswa menyatakan tidak mempercayai Habibie menyelenggarakan pemilu yang jujur dan adil, sedangkan SI tak ada artinya jika semua anggota masih orang Orde Baru, serta menuntut peradilan terhadap Soeharto dan pencabutan dwifungsi ABRI. Sedangkan hampir semua ormas Islam memiliki pandangan yang umumnya sama, bahwa SI merupakan tahap penting menuju Pemilu 1999, yang diharapkan menjadi tonggak untuk mengayuh demokratisasi dan reformasi berikutnya.

Menjelang SI sejumlah pertemuan silaturahmi yang digagas para pemuka Islam, mulai acara yang sifatnya intern, berskala kecil, sampai aksi pamer kekuatan massa. Ada Apel Akbar Umat Islam 1998 oleh Forum Silaturahmi Ulama-Habib dan Tokoh Masyarakat se-Jabotabek, yang menghimpun puluhan ribu massa, di Stadion Utama Senayan. Lalu disusul Kongres Umat Islam Indonesia, yang dihadiri sekitar 1.500 peserta dari 30-an ormas Islam di seluruh Nusantara, sampai yang berskala kecil, Silaturahmi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Hasil pertemuan-pertemuan ini bisa dibaca dari pernyataan sikap dan spanduk-spanduk yang dibentangkan. Intinya sama: mendukung dan menyukseskan Sidang Istimewa MPR 1998 serta menentang pihak-pihak yang ingin menggagalkan Sidang Istimewa MPR.

Acara yang diselenggarakan oleh Forum Silaturahmi Ulama di Senayan menghasilkan pernyataan sikap hasil yang dibacakan K.H. Syaifuddin dan diakhiri tepukan tangan 100 ribu massa dan sejumlah tokoh yang hadir, seperti Ketua Pelaksana Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam (KISDI) Ahmad Sumargono dan Sekjen Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII) H. Husein Umar. Pengusaha nasional Fadel Muhammad malah bersuara lebih lantang, bila imbauan tak diindahkan, umat Islam siap menghadapi dengan segala risiko.

Kegiatan pasukan swakarsa muslim ini bisa ditengok sejak sepekan sebelum Sidang Istimewa. Awal November 1998, para aktivis pro-SI ini diangkut dengan 50-an truk yang mangkal untuk salat lohor di Masjid Istiqlal. Di kanan kiri badan truk diselempangkan spanduk putih bertuliskan huruf merah: "PAM Swakarsa SI MPR 98". Di tiap-tiap truk, berjubel anak berusia tanggung. Mereka mengenakan ikat kepala berwarna hijau bertuliskan huruf Arab. Tangan mereka menggenggam erat tongkat bambu runcing. Sekali dalam sehari berkeliling kota. Bukan untuk takbiran, tapi mengampanyekan perlunya SI. Pasukan muda ini agaknya tak termasuk sekitar 12 ribu massa yang telah mendaftar ke Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk melangsungkan sejumlah kegiatan mendukung SI. Ahmad Sumargono, Ketua Komite Indonesia untuk Solidaritas Dunia Islam atau KISDI mengatakan pasukannya sudah siap dan berkekSwakarsa
kitar 5.000 orang.



  • Bentrokan Pam Swakarsa

Pengaman swakarsa yang beratribut ikat kepala bertuliskan huruf Arab tersebut bahkan telah dinilai oleh sejumlah kalangan masyarakat justru telah merusak citra Islam karena ternyata kebanyakan dari mereka merupakan preman bayaran. 9 November 1998, ratusan massa pam swakarsa berkumpul di Tugu Proklamasi. Sebagian anggota Pam Swakarsa mengaku berpartisipasi karena diundang untuk tahlilan wafatnya Ketua MUI K.H. Hasan Basri, meskipun tempatnya agak aneh: Tugu Proklamasi. 10 November 1998, sejak siang hari warga mengepung duaribuan pasukan Pam Swakarsa yang berkumpul ditengah-tengah lapangan Tugu Proklamasi. Masyarakat yang marah melempari dengan batu. Akhirnya pasukan pam swakarsa ini dievakuasi tentara sekitar pukul 19.30 WIB. Pam Swakarsa terlibat bentrokan di sekitar Hotel Hilton dengan massa rakyat Bendungan Hilir dan sekitarnya.

13 November 1998, siang hari sebelum terjadinya Tragedi Semanggi, 3 orang anggota pam swakarsa tewas dikeroyok massa. Peristiwanya bermula ketika sekitar 30 orang (rata-rata bertubuh gempal, berwajah keras, dan berikat kepala hijau) menghadang ratusan mahasiswa di jembatan Cawang, Jakarta Timur. Sekelompok Pam Swakarsa ini, bersiaga berbaris di depan barikade polisi dan tentara, menyerupai tameng. Melihat hal ini, massa setempat yang awalnya hanya menonton mahasiswa berdemonstrasi, serta merta melempari pam swakarsa dengan batu. Pasukan pam swakarsa sempat membalas dengan lemparan batu pula, seraya mengacung-acungkan badik, sebelum akhirnya lari. Lima dari mereka terjebak di sebuah tanah lapang berawa-rawa tak jauh dari jembatan itu, di tengah kepungan massa yang bersenjatakan kayu, batu, dan besi. Tinju, tendangan, pukulan kayu, dan besi serta hunjaman batu menghajar mereka. Dua orang dilarikan ke rumah sakit setelah babak belur. Tiga lainnya tewas.





  • Kisah dibalik Pam swakarsa

Tapi pada hari itu sebenarnya terjadi pula pembantaian lain yang tak kalah mengerikan atas empat orang yang dicap sebagai anggota Pam Swakarsa di sekitar Jembatan Cawang, Jakarta Timur. Sesuatu yang—barangkali atas nama kemanusiaan—tetap tak layak ditimpakan kepada mereka.

Empat anak manusia itu dibantai massa menyusul sebuah kontak fisik beberapa saat sebelumnya. Hasilnya, sungguh mengerikan bagi empat korban: mata tercungkil, muka remuk, isi kepala terburai akibat hantaman besi, kayu, atau batu besar. Massa bahkan masih berlaku brutal sekalipun jasad mereka tak bernyawa lagi. Mansur Ulu (32 tahun), Iwan Nurlete (34 tahun), Sulhan Lestahulu (24 tahun), dan Budi Muarasabesy (24 tahun).



"Referensi: forum kaskus,Majalah Ummat '98"

Sekian ulasan dan jawaban nya jgn lupa simak juga Cerita pahlawan wanita asal maluku

3 Comments

avatar

Arigatou dah berkunjung :D

avatar

Aku baru tau kalau 13 November 1998, sehari sebelum terjadinya Tragedi Semanggi,

avatar

Semoga bermanfaat.. :)

Komentar anda akan kami tampung lalu langsung kami jawab di artikel yang lain makadari itu update terus blog ini :)
EmoticonEmoticon